Selasa, Januari 17, 2012

MEMPERKUAT POLISI DENGAN JARINGAN INTELIJEN WARGA (JIWA)



Memperkuat intelijen polisi dengan jaringan intelijen warga disingkat JIWA) atau dalam bahasa Inggris disebut Citizen Intelligence Network (CIN) adalah jawaban yang bisa dikembangkan lebih jauh. JIWA dimaksudkan sebagai alternative melibatkan warga membantu polisi dalam bidang intelijen.
Konsep JIWA atau CIN pada prinsipinya adalah membuka kemungkinan kepada setiap warga negara untuk memberikan informasi kepada polisi mengenai kejadian di lingkungannya. Sifatnya sukarela. Polisi harus menyediakan ruang cukup yang mampu menampung laporan masyarakat, setiap hari. Ruang itu bisa berupa ruang maya atau portal khusus yang berisi video,foto, teks dan bisa interaktif langsung antara polisi yang bertugas dengan warga yang melapor. Selain ruang maya, polisi juga dapat menyediakan kotak pos untuk menampung masukan tertulis.
Jaringan Intelijen Warga membutuhkan pimpinan, yang mampu mengorganisir informasi. Di dalamnya paling tidak terdapat ahli komunikasi, ahli teknologi informasi dan pengamat social. Fungsinya adalah menganalisis perkembangan social yang dilaporkan warga. Setiap saat, jika diperlukan, diadakan pertemuan yang membahas situasi social.
Pelibatan warga dalam hal intelijen ini dapat merupakan pengembangan dari konsep community policing yang diperjelas, dan pengembangan forum kemitraan polisi dan masyarakat yang selama ini sudah ada.
Sisi Positif.


Sisi positif konsep JIWA: Pertama adalah menumbuhkan kepedulian masyarakat tentang perlunya mengamankan lingkungan yang harus dijaga secara bersama-sama. Kedua, setiap gangguang keamanan yang terjadi di masyarakat dapat terdeteksi dini, sehingga secara cepat dapat ditanggulangi sebelum peristiwa itu meledak. Ketiga, mengatasi minimnya anggaran kepolisian untuk intelijen. Keempat juga mengatasi minimnya sumber daya manusia Polri yang sampai saat ini masih sekitar 1:1300 (satu orang polisi mengamankan 1.300 orang).
Sisi negatifnya mungkinan akan dicibir sebagai detektif swasta atau apapun namanya. Juga kemungkinan akan dianggap tumpang tindih dengan peran informan yang sudah ada; atau mungkin akan dianggap semakin membuat tidak nyaman karena tiap orang boleh menginteli orang lain. Tentu maksudnya bukan begitu. Setiap potensi kerawanan social seharusnyalah dilaporkan kepada aparat berwenang, agar dapat dicegah jangan sampai menjadi peristiwa yang tidak dikehendaki. Itu prinsipnya, jadi setiap RT ataupun RW dan bahkan setiap warganegara, mari laporkan benih-benih gangguan keamanan dan ketertiban kepada JIWA melalui Portal Intelijen.
Kesimpulannya, berdasarkan gambaran konsep citizen intelligence network tersebut, maka polisi sebagai aparat penegak hukum maupun sebagai pelayan dan pelindung masyarakat akan sangat terbantu oleh kehadiran JIWA atau CIN.
Konsep ini sesungguhnya terinspirasi dari konsep citizen journalism yang sedang berkembang di Indonesia, antara lain dipelopori oleh wartatv.com, sebuah portal televisi internet. Wartatv.com sebagai portal berita secara tegas menyatakan sebagai portal tv bertama di Indoensia yang mengusung citizen journalism dan real time.
Berita yang disiarkan wartatv bukan hanya yang berasal dari video jurnalis yang secara industrial menjadi bagian dari tim redaksi, melainkan berasal juga dari masyarakat luas. Masyarakat atau warga dapat mengirimkan hasil kegiatan jurnalistiknya ke Redaksi Wartatv.com, kemudian Wartatv.com mengedit dan menyiarkannya di Wartatv.com.
Selama ini, setiap kali ada konflik social meledak, polisi langsung disorot dan dituduh kecolongan. Aksi kekerasan yang terjadi di Cikeusik dan Temanggung, juga di Sape NTB dan Mesiji Lampung dan Sumatera Selatan. Semuanya mengarahkan tuduhannya kepada polisi sebagai lembaga yang tidak peka dan lambat mengatasi situasi.
Peran intelijen Polri yang kurang serta anggaran minim dituding menjadi salah satu persoalan yang perlu dicari penyelesaiannya. Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Tjatur Sapto Edy menjelaskan, anggaran Polri sebesar Rp30,5 triliun, tidak sampai Rp100 miliar yang dipakai untuk upaya preventif dari intelijen kepolisian.

Tjatur menuturkan kekuatan dan kemampuan intelijen Polri di daerah harus ditingkatkan guna mengantisipasi terulangnya aksi kekerasan seperti yang terjadi di Cikeusik dan Temanggung.

Intelijen di Polres-Polres per tahunnya hanya diberi dana Rp 40 juta, per bulan sekitar Rp 3 juta, jadi kalau sehari hanya Rp 100 ribu untuk operasional intel. (Syaefurrahman)

Tidak ada komentar: