Minggu, Juli 19, 2009

Mega Pertanyakan Maksud SBY Soal Pengganggu Pilpres

Jumat, 17/07/2009 17:24 WIB
Taufiqqurahman - detikNews
Jakarta - Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri mempertanyakan maksud SBY yang mengaitkan kasus Bom JW Marriott dan Ritz Carlton dengan Pilpres 2009. Jika memang sudah tahu pelakunya, Mega mempertanyakan sikap SBY yang tidak langsung menangkap, tetapi justru berwacana di media. "Saya juga mempertanyakan hal itu. Kalau sudah jelas, kenapa tidak ditangkap," kata Mega dalam jumpa pers di Kediamannya Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Jumat (17/7/2009).Mega berharap SBY tidak buru-buru mengaitkan soal bom ini dengan pilpres tanpa bukti yang kuat. "Itulah makanya, kalau masalah pemilu, jangan dikaitkan dengan terjadinya pengeboman di dua tempat tersebut," pinta Mega. Mega juga meminta ketegasan SBY dalam menindak pelaku pengeboman. Jika memang sudah mengantongi bukti awal dan nama pelaku, SBY diminta langsung menangkap."Kalau memang sudah tahu, tolong saja, saya minta diungkap siapa mereka. Kalau menurut saya, saya seorang pemimpin itu harus bisa," pungkasnya.(yid/asy)

Mega Minta Pemerintah Tidak Politisir Masalah

Jumat, 17/07/2009 17:12
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Jakarta - Pidato Presiden SBY soal kemungkinan terjadinya hubungan antara Pilpres dan peledakan bom di Ritz Carlton dan JW Marriott dipertanyakan. Hal tersebut dinilai upaya untuk mempolitisir masalah."Meminta pemerintah tidak mempolitisir masalah dan memperkeruh suasana dengan mengaitkan peristiwa tersebut dengan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden yang baru saja berlangsung," kata Capres Megawati saat jumpa pers di kediamannya, Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat, Jumat (17/7/2009).Menurut Mega, pernyataan tersebut tidak sesuai dalam kondisi saat ini. Seharusnya, seluruh masyarakat bersatu melawan terorisme dan kejahatan kemanusiaan.Mega juga mengutuk keras pengeboman ini. Bersama Prabowo, ia juga ikut berbelasungkawa atas meninggalnya korban yang tidak berdosa."Kami juga meminta pada pemerintah untuk mengungkap siapa pelaku peristiwa tersebut," tegasnya.(mad/iy)

Prabowo: Berpikir Pun Tidak untuk Lakukan Tindakan Biadab

Jumat, 17/07/2009 19:25 WIB
Moksa Hutasoit - detikNews
Jakarta - Cawapres Prabowo Subiyanto membantah tuduhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menuding kemungkinan ada motif politik dalam insiden bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott. Prabowo mengatakan, berpikir pun tidak untuk melakukan tindakan biadap seperti pengeboman."Tidak ada dari kubu Mega-prabowo dan JK-Wiranto, berpikir pun tidak untuk mengungkapkan kekecewaan melalui kegiatan biadab," kata Prabowo di Sekretariat Pemenangan Mega-Prabowo, Jl Cik Di Tiro, Jakarta, Jumat (17/7/2009).Prabowo menyayangkan komentar SBY. Menurutnya, seharusnya di tengah kondisi bangsa yang berduka akibat ulah teroris, harusnya kata-kata sejuk yang dikeluarkan, bukannya malah tuduhan."Kita harap ada kesejukan. Yang jelas kalau ada yang soelah-olah ada pihak yang kecewa, saya kira banyak yang kecewa," kata Prabowo."Apalagi seadainya dianggap ada pihak-pihak yang seolah-olah karena rasa kecewa dengan pilpres, malah ikut perkeruh suasana. Mari kita mempersejuk, bukan malah memperkeruh," pungkas Prabowo. (anw/ndr)

Fuad Bawazier: SBY Ngawur!

Sabtu, 18/07/2009 15:34 WIB
Jakarta - Isi jumpa pers Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menyikapi kasus bom JW Marriott-Ritz Carlton menuai kontroversi. Ada yang menilai SBY tidak pantas mengaitkan bom dengan kondisi perpolitikan Tanah Air."Ini malah nakut-nakutin orang. Bilang saya juga akan dibunuh terkait pilpres lagi dan sebagainya. Itu ngawur," kata Ketua Timses JK-Wiranto, Fuad Bawazier, usai menjenguk istrinya yang dirawat di RS MMC, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Sabtu (18/7/2009).Menurut Bawazier, sikap SBY sebagai presiden tidak proporsional. Seharusnya SBY cukup mengatakan seputar pengusutan kasus pengeboman tersebut."Seharusnya dia cukup bilang dia akan menyeret pelakunya. Cukup itu aja," tandasnya.Dalam jumpa persnya, SBY mensinyalir ada yang berusaha mengacaukan pemilu dan mencegah dirinya memegang kembali tampuk kepresidenan. Bahkan SBY sempat menunjukkan beberapa foto pelatihan militer ilegal yang mengancam keamanan dirinya.(ape/gah)

SBY Minta Polisi Teliti Kaitan Bom dengan Ancaman-ancaman Politik

Jumat, 17/07/2009 15:14 WIB
Jakarta - Presiden SBY mengaku mendapat ancaman-ancaman terkait Pilpres 2009. Bahkan, ada ancaman agar SBY tidak dilantik. Karena itu SBY meminta kepada aparat Polri dan lembaga-lembaga penegakan hukum untuk meneliti apakah bom di Marriott dan Ritz Carlton itu terkait dengan hal itu atau tidak. "Terhadap semua (data) intelijen itu, apakah terkait dengan bom hari ini atau tidak, saya menginstruksikan pada jajaran penegak hukum menjalankan hukum dengan benar, objektif, tegas dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum," tegas SBY dengan wajah serius dalam jumpa pers di Istana Presiden, Jumat (17/7/2009). Ancaman-ancaman yang disampaikan SBY, antara lain: foto kepalanya dijadikan sasaran tembak oleh kelompok teroris yang sedang berlatih menembak, ada ancaman revolusi bila SBY menang, ada ancaman agar SBY tidak dilantik sebagai presiden, dan ada ancaman menjadikan Indonesia seperti Iran. Andaikata, lanjut SBY, bom hari ini tidak terkait ancaman-ancaman itu, harus tetap dicegah dan dihentikan. "Karena ini anarkis, tindak kekerasan, tindakan melawan hukum, bukan karakter demokrasi, dan bukan karakter negara hukum," tegas SBY.SBY Mengutuk dan Prihatin"Sangat jelas atas semua ini, saya selaku kepala negara dan kepala pemerintahan mengutuk keras aksi teror yang keji ini, saya juga sangat-sangat prihatin dengan kejadian ini. Barangkali, biasanya, keadaan seperti ini, di atara kita kurang berani menyatakan kutukan dan kecamannya, karena politik. Saya dengan bahasa perang mengemukakan seperti itu," sambung SBY.SBY juga menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas ledakan bom itu. "Mengapa saya prihatin? Saudara tahu lima tahun terakhir, ekonomi kita baik, dunia usaha membaik, swasembada pangan, sektor riil semua bergerak, meski kita menghadapi krisis-krisis globa yang datang silih berganti," kata dia. "Seminggu terakhir, nilai saham menguat, rupiah menguat, ekonomi tumbuh, dilaksanakan program-program penanggulangan kemiskinan, pengangguran, program pro rakyat. Semua terjadi, karena tahun-tahun terakhir negara kita benar-benar aman dan damai, sehingga di samping ekonomi tumbuh, menjalani kehidupan dengan tenang dan bebas dari ketakutan," ujar dia.SBY juga menyampaikan bahwa citra Indonesia di mata dunia membaik lima tahun terakhir. "Citra kita di mata dunia, tahun-tahun terakhir meningkat, karena dunia menilai negara makin aman dan damai, demokrasi di negara kita makin mekar, penghormatan terhadap HAM juga baik," kata dia.(asy/iy)

SBY: Saya Bersumpah Tindak Tegas Pelaku Bom, Otak dan Penggeraknya

Luhur Hertanto - detikNews
Jumat, 17/07/2009 15:36 WIB
Jakarta - Presiden SBY mengutuk keras peledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Dia juga prihatin. Karena itu, SBY bersumpah untuk menindak tegas pelaku peledakan bom, termasuk otak dan penggeraknya. "Saya bersumpah, demi masyarakat Indonesia yang saya cintai, negara dan pemerintah akan melakukan tindakan tegas, tepat, dan benar terhadap pelaku pemboman, otak dan penggeraknya, dan atau kejahatan-kejahatan lainnya," kata SBY dalam jumpa pers di Istana Presiden, Jakarta, Jumat (17/7/2009). SBY meminta kepada Polri, TNI, dan BIN, serta para kepala daerah lebih waspada. "Kepada POlri, TNI, BIN, dan termasuk gubernur dan bupati/walikota, saya minta waspada mencegah aksi teror. Penegak hukum harus bisa mencari, menangkap dan mengadili para pelaku, penggerak dan otak di belakang aksi kekerasan ini," tegas dia.Di depan wartawan, SBY juga menyampaikan bahwa Polri telah mencegah dan menggalakkan pemberantasan terorisme. "Saya tahu lima tahun imi, Polri mencegah dan menggagalkan aksi teroris ini, menemukan bahan peledak yang siap diledakkan, membongkar jaringannya, meski lolos hari ini," ucap SBY. "Terjadi musibah yang merobek keamanan dan nama baik bangsa kita. Agar tugas untuk mencegah dan memberantas terorisme ini serta kejahatan-kejahatan dilakukan dengan baik, intelijen harus benar-benar tajam. Pencegahan harus benar-benar efektif. BIN dan Polri harus bersinergi. Sikap lengah harus dibuang. Ini amanah kita terhadap negara," sambung dia.(asy/iy)

SBY: Jangan Biarkan Mereka Bertindak Seperti Drakula

Luhur Hertanto - detikNews
Jumat, 17/07/2009 14:55 WIB
Jakarta - Entah siapa yang disindir Presiden SBY. Dalam jumpa pers tentang bom JW Marriott dan Ritz Carlton, SBY meminta agar orang-orang yang pernah menghilangkan orang lain jangan sampai lolos dari jeratan hukum. "Jangan biar mereka bertindak seperti drakula," kata SBY. Jumpa pers SBY ini digelar di Istana Presiden, Jakarta, Jumat (17/7/2009). Jumpa pers dihadiri oleh para pejabat bidang politik dan keamanan, seperti Menko Polhukam Widodo AS, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, dan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri. "Barangkali ada di antara kita, yang beberapa waktu lalu melakukan kejahatan, membunuh, menghilangkan orang, dan masih lolos dari jeratan hukum, negara tidak akan membiarkan mereka lagi bertindak seperti drakula," tegas SBY dengan mimik yang sedih dan agak emosi. Menurut SBY, apa yang telah dibangun pemerintah dan rakyat Indonesia selama lima tahun terakhir dengan tetesan keringat lagi-lagi mengalami goncangan dan kemunduran. "Lagi-lagi dampak buruk harus dipikur masyarakat Indonesia, minus mereka-mereka yang melakukan tindakan tak bertanggung jawab. Karena itu, kebenaran dan keadilan harus ditegakkan dan diwujudkan," tegas dia. Jumpa pers ini digelar SBY menggelar rapat koordinasi dengan pejabat-pejabat di bidang Polkam. Ikut dalam jumpa pers itu, antara lain Menko Polkam Widodo AS dan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri. SBY dan para pejabat yang berdiri di belakangnya memperlihatkan wajah yang sedih dan tegang. Mendiskusikan ledakan di Mega Kuningan lebih lanjut? Gabung di sini. (asy/iy)

Fadli Zon: Pernyataan SBY Memperkeruh Suasana

Jumat, 17/07/2009 15:16 WIB
Jakarta - Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menduga ada motif politik di balik peristiwa pengeboman di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton dianggap justru akan memperkeruh suasana. SBY juga dinilai mengambil manfaat politik dari insiden ini."Ini adalah pernyataan profokatif dan memperkeruh suasana. Karena harusnya pemerintah membantu merawat korban, serta investigasi terhadap teroris," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon kepada detikcom, Jumat (17/7/2009).Fadli Zon menduga, pernyataan SBY tersebut dimaksudkan untuk mengambil manfaat politik atas kejadian ini. "Jangan mengambil keuntungan politik dengan mengail di air keruh," cetus pria berkaca mata ini.Dia mengatakan, tuduhan SBY tersebut sangat spekulatif karena belum dilakukan investigasi mendalam. Menurutnya, ini menunjukkan, SBY tidak memiliki sifat kenegarawanan."Tuduhan itu spekulatif, itu jauh dari sifat kenegarawanan dan saya kira tak akan selesaikan persoalan," ujarnya.Sebagai bagian dari komponen bangsa, imbuhnya, Gerindra juga menyatakan duka yang mendalam atas terjadinya ledakan bom yang menewaskan 9 orang tersebut."Seolah-olah ada usaha untuk menduduki KPU, itu terlalu dini dan cenderung ambil keuntungan politik saat investiagsi belum dilakukan," pungkas Fadli. (anw/mad)

'Pakai' Bom untuk Serang Capres Lain, SBY Salah Gunakan Kekuasaan

Jumat, 17/07/2009 19:57 WIB
Jakarta - Pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal bom yang dikaitkan dengan pihak yang kecewa dengan 'hasil' Pilpres dianggap Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo sebagai penyalahgunaan jabatan sebagai presiden. SBY dianggap telah melakukan abuse of power karena telah menggunakan jabatan presidennya untuk menyerang capres lain. "SBY telah menggunakan kekuasaan sebagai presiden untuk membela diri. Ketika menuding calon presiden lain, itu sudah masuk ranah Pilpres. Ia menyalahgunakan kekuasaan untuk menuding capres yang lain. Seharusnya jika mau seperti itu, ia harus tinggalkan posisinya dulu sebagai presiden. Itu namanya abuse of power," kata anggota Tim Kampanye Nasional Mega-Prabwowo Sonny Keraf.Hal itu disampaikan Sonny dalam jumpa pers di kantor Sekretariat Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo, Jl Teuku Cik Ditiro, Jakpus, Jumat (17/7/2009). Cawapres Prabowo Subianto juga hadir dalam acara tersebut.Menurut Sonny, penggunaan cara-cara seperti aksi bom tidak pernah terlintas dalam pikiran pihaknya. Tim Mega-Prabowo, kata dia, tetap mengedepankan jalur hukum untuk mengkritisi pelaksanaan Pilpres 2009."Untuk mengkritisi Pilpres, kita melakukannya dalam ranah hukum. Hal itu seperti yang diputuskan Rakernas VI PDIP yang lalu. Tidak ada niat pun dari PDIP dan Gerindra untuk menggunakan cara-cara kekerasan. Tidak benar tudingan-tudingan seperti itu," tegasnya.Lebih lanjut, aktivis lingkungan ini juga menyatakan aksi bom yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah bentuk ketidakmampuan pemerintah dan intelejen sebagai bagiannya, untuk mengamankan negara dalam rangkaian Pilpres 2009."Ini menunjukkan intelijen tidak mampu menjaga keamanan negara sampai presiden terpilih kembali. Belum sampai pengumuman kPU, ternyata keamanan kita terganggu," pungkasnya.(lrn/iy)

Tim Mega: Kalau Mau Nuduh Tanggalkan Jabatan Presiden


Jumat, 17/07/2009 21:03 WIB

Moksa Hutasoit - detikNews



Jakarta - Pernyataan Presiden SBY yang menduga ada keterkaitan antara kasus bom JW Marriot dan Rizt Carlton dengan pilpres berbuntut panjang. Tim Mega-Prabowo yang menilai pernyataan itu menyudutkan capres tertentu meminta SBY proporsional. Demikian dikatakan Sonny Keraf, penasehat tim kampanye Mega-Prabowo, atas dugaan Presiden SBY. Hal ini disampaikannya dalam keterangan pers di Sekretariat Kampanye Nasional Megawati-Prabowo, Jl Cik Di Tiro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/7/2009)."Kami menilai bahwa Presiden SBY telah menggunakan kekuasaan. Kalau dia mau menuduh, tanggalkan posisi presiden, baru berhadapan dengan capres yang lain," kata Sonny. Menurut anggota DPR RI dari PDIP ini, seharusnya informasi yang masuk ditindaklanjuti dengan baik langkah kongkrit. Selain itu SBY tidak seharusnya memanfaatkan peran BIN untuk kepentingan pribadinya."Kalau ada informasi intelejen kepada dia sebagai capres artinya dia menggunakan alat negara untuk kepentingan pribadi sebagai capres untuk menuduh calon yang lain," paparnya."Kalau dia menggunakan informasi itu sebagai presiden, untuk menuding calon yang lain, dia itu sudah menggunakan kekuasaan dia sebagai presiden untuk menghantam calon yang lain," pungkasnya.(yid/lh)

Sebut Drakula Dalam Pidato, SBY Diminta Klarifikasi


Sabtu, 18/07/2009 20:15 WIB
Jakarta - Dalam jumpa persnya menanggapi bom JW Marriott dan Ritz Carlton, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut-nyebut drakula yang menghilangkan orang lain. Tim Mega-Prabowo meminta SBY untuk mengklarifikasi maksud dari ucapan SBY tersebut."Kita meminta klarifikasi kalau memang ini menimbulkan efek yang luas, harus dipertanggungjawabkan," kata Koordinator Tim Advokasi dan Hukum Timkamnas Mega-Prabowo, Gayus Lumbuun, dalam konferensi pers di Kantor DPP Golkar, Jl Anggrek Neli Murni, Jakarta Barat, Sabtu (18/7/2009).Gayus mengatakan, adanya istilah 'drakula penyebar maut' dalam pernyataan SBY, merupakan bagian yang sulit diterima oleh pasangan lain. "Bahasa-bahasa seperti itu membuat masyarakat menjadi bingung dan beringas," tuturnya.Sementara itu, salah satu anggota tim advokasi Mega-Prabowo, Arteria Dahlan, sangat menyayangkan pidato SBY tersebut. Menurutnya, untuk kesekian kalinya presiden telah keliru dalam memposisikan dirinya."Materi pidato kenegaraannya 60 persen terkait pemilu, 30 persen yang terkait insiden adalah hal-hal tanpa dasar, provokatif, dan di luar konteks," paparnya."Presiden SBY telah berusaha melakukan upaya penggiringan opini publik bahwa situasi politik sedang tidak harmonis," tandas dia. (nvc/sho)