Senin, Mei 05, 2008

Problematika “Plagiarism”

Oleh: Winanti
(06202241030)

Setelah membaca hasil refleksi tentang “vail”, sebagian besar mahasiswa berpendapat bahwa “plagiarism” memang bukan lagi menjadi hal baru dalam dunia tulis-menulis. Meskipun hanya sebatas tahu atau bahkan pernah melakukan tindakan tersebut setiap kali menulis, mereka tetap menyadari dan sepakat bahwa plagiarism merupakan kejahatan yang harus dihentikan. Kebiasaan menjiplak karya orang lain tanpa mencantumkan sumber asli dalam tulisan yang kita buat adalah sama dengan tindakan mencuri. Sebagai seorang akademika, tentu saja plagiarism menjadi sangat penting untuk kita ketahui, terutama dalam penulisan karya ilmiah.
Dalam penulisan karya ilmiah, seorang penulis tidak akan pernah lepas dari sumber atau teori-teori yang telah ditulis orang lain sebelumnya. Teori tersebut merupakan dasar/acuan yang dapat memperkuat sekaligus menjadi bukti tentang kebenaran yang ia sampaikan dalam tulisannya. Pembaca akan dengan mudah dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap dari sumber yang tercantum dalam referensi. Selain itu, keberadaan referensi juga akan mepengaruhi kualitas dari tulisan yang kita buat. Suatu karya tulis menjadi lebih bernilai karena dapat dipertanggung jawabkan kepada publik dengan disertai sumber kutipan asli.
Plagiarism belum begitu dikenali dan dipahami di kalangan mahasiswa sehingga tingkat kejadiannya masih tinggi dan masih sulit untuk dipantau lebih jauh. Fenomena plagiarism dapat terjadi baik dengan sengaja ataupun tidak. Kelalaian dalam menuliskan sumber secara lengkap dan teliti menjadi penyebab yang tidak disengaja. Plagiarism sengaja dilakukan karena adanya kegagalan dalam mentransformasikan metode belajar selama ini. Kebiasaan meniru dan menjiplak telah tertanam sejak individu mulai belajar untuk pertama kalinya. Proses belajar yang cenderung mengharuskan siswa menjadi tidak creative dan innovative perlu dirubah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman sejak dini tentang apa itu plagarism serta langkah tepat untuk menghindarinya.
Di kalangan Internasional, plagiarism juga dibahas cukup detail sebagai bentuk kepedulian dunia terhadap fenomena yang muncul belakangan terkait permasalahan plagiarism di berbagai lembaga pendidikan tinggi di dunia. Dalam sebuah web (www.umuc. Edu/distance/odell/cip/vail/home.html) dapat kita ketahui betapa plagiarism sebenarnya merupakan tanggung jawab kolektif antara lembaga pendidikan tinggi terkait, dosen, dan mahasiswa untuk bisa mengenali dan menangkal plagiarism di lingkungan akademikanya. Tentang bagaimana bentuk perlakuan kita selanjutnya terhadap tanggung jawab tersebut adalah permasalahan yang harus segera kita cari solusinya.
Budaya menjiplak di kalangan mahasiswa sendiri misalnya, dalam memenuhi tugas-tugas kuliah khususnya penulisan karya ilmiah/makalah seringkali mengabaikan keberadaan penulis aslinya dalam banyak kutipan yang mereka cantumkan dalam paper yang mereka buat. Daftar pustaka tetap ada, namun antara kata-kata yang asli muncul dari pikiran penulis dengan referensinya masih sulit dibedakan. Bahkan kadang kebiasaan copy-paste masih terjadi. Meskipun sulit untuk dibuktikan keasliannya apakah karya tersebut hasil jiplakkan atau benar-benar orisinil kita bisa merubah kebiasaan ini lewat kesadaran dan penghargaan yang tinggi akan hasil karya orang lain.
Pengetahuan tentang plagiarism serta sejumlah tips tentang bagaimana cara mengatasinya dapat kita peroleh lewat sebuah situs tentang “vail” yang telah disebutkan sebelumnya. Di dalamnya tersedia berbagai informasi, petunjuk, contoh kasus di lapangan dan sejumlah strategi yang dapat kita terapkan untuk mencegah plagiarism serta membangun kebiasaan yang lebih baik dalam menulis dengan tetap mencantumkan sumber asli rujukan yang kita pakai sebagai referensi.
Setelah melakukan browsing kita akan tahu beberapa strategi untuk menghindari plagiarism dalam menulis karya ilmiah yang bersifat sistematis dan analisis, antara lain:
1. Pengaturan waktu yang baik (good time management)
Usahakan memulai penelitian sesuai jadwal yang telah direncanakan, semakin awal kita memulai suatu pekerjaan maka akan semakin banyak waktu yang kita miliki untuk menganalisis lebih jauh objek yang kita teliti
2. Melakukan persiapan secara menyeluruh mengenai topik yang akan dibahas namun tetap focus pada materi sedang dikaji
3. Menuliskan kutipan dalam text dalam quotation mark (“… “) serta mencantumkan sumber aslinya secara lengkap
4. Menentukan referensi yang sesuai
5. Mencantumkan searched engine apabila referensi diambil dari internet
6. Lengkapi data anda dengan mencari referensi dari berbagai institusi pendidikan maupun perpustakaan
Dalam menuliskan suatu sitasi/rujukan tertentu dapat dilakukan dengan 3 cara antara lain (www.umuc. Edu/distance/odell/cip/vail/home.html) :
1. Quotating
Mengutip sama persis dengan sumber aslinya, setiap kata dalam satu paragraf utuh. Di tulis dalam tanda petik dan diberi spasi 1
Example :
"This unique observation provides only one example of the strong maternal inclinations of female gorillas. An amazing aspect of the incident was that Effie, whose back was turned toward her infant, was aware of Poppy’s silent plight even before the human onlooker facing both animals realized that something was amiss" (Fossey, 1983, p. 89).

Kutipan di atas diambil secara keseluruhan karena itu diberi tanda kutip di antara kutipan yang diambil (“.....”) dan disertai juga sumber referensinya yang terdiri dari nama pengarang (Fossey), tahun terbitan (1983), dan halaman buku (89).

2. Paraphrasing
Apabila kita mengambil rujukan dari sumber lain dalam kata-kata kita sendiri. Dengan kata lain kita mengemasnya ke dalam bahasa kita sendiri namun tetap mencantumkan sumber aslinya.
Example :
"In Gorillas in the Mist, Fossey (1983) gives an example to demonstrate that gorillas are very protective mothers. As a tiger approached her offspring Effie, a mother gorilla, sensed the danger even though she was not facing Effie. The researcher observing them did not notice the danger, but the mother gorilla’s vigilance allowed her to take steps to save the baby gorilla (p. 89).

Kutipan di atas diambil secara tidak langsung yaitu dengan menguraikan atau mengungkapkan kembali pendapat yang dikutip karena itu ditulis dalam paragraf terpisah lalu disertai dengan sumber referensinya yang terdiri dari nama pengarang (Fossey), tahun terbitan (1983), dan halaman buku (89).


3. Summarizing
Menggunakan ide dari sumber tertentu untuk menyatakan opini yang sama. Penulis menggunakan bahasa yang sama sekali berbeda dengan sumber aslinya karena hanya merangkum inti dari acuan tersebut.
Example :
In Gorillas in the Mist, Fossey (1983) illustrates that female gorillas instinctively protect their offspring as much or more so than female humans (p. 89).

Bagaimana plagiarisme dapat dihindari ? Selain pengetahuan yang telah diuraikan di atas, tentunya juga dibutuhkan motivasi (motivation) yang kuat untuk berperilaku jujur (honest) serta berketerampilan (skillful) dalam tata cara menulis karya ilmiah. Hal yang paling menentukan adalah menanamkan sikap atau perilaku jujur sebagai seorang terpelajar. Seorang mahasiswa harus mampu secara jelas membedakan pemikirannya sendiri yang asli atau orisinil dengan pemikiran orang lain yang ia pinjam menghasilkan/menjelaskan pemikirannya. Dengan cara itulah ilmu pengetahuan menghasilkan karya yang dapat dipertanggung jawabkan yang akan memperkaya wawasan bagi pembacanya. Begitulah peradaban ilmu pengetahuan berkembang.
Bagi mahasiswa, pengetahuan terkait masalah plagiarism dan pendidikan menjadi sangat penting untuk dikaji lebih dalam. Dalam menulis karya ilmiah keberadaan citation tidak dapat tidak dicantumkan. Selain sebagai unsur yang harus ada dalam sebuah karya tulis, sitasi juga memiliki fungsi pendukung diantaranya:
1. Membedakan antara karya asli yang kita buat dengan rujukan yang kita pakai sebagai referensi.
2. Mempermudah pembaca untuk menemukan informasi yang lebih lengkap dari sumber yang dicantumkan.
3. Menambah nilai suatu karya tulis tertentu karena dapat memperkuat dan menjadi lebih bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
4. Dengan merujuk hasil pemikiran orang lain kita secara tidak langsung telah mengembangkan dan memperkaya ide yang telah ada sebelumnya.
Setelah memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya mencantumkan sumber asli dalam tulisan kita, semoga kita bisa menulis dengan lebih baik lagi dan lebih bisa mempertanggung jawabkan apa yang telah kita tulis kepada para pembaca. Kemampuan untuk menghindari plagiarism tidak cukup diberikan sebatas pemberian pengetahuan (cognitive), akan tetapi harus dilatih sepanjang proses pendidikan sehingga menjadi keterampilan yang penting dimiliki yang nantinya mampu melahirkan perilaku (behavior) sesuai nilai/kode etik dalam menulis. Karena itu membangun “perilaku anti plagiarism” harus menjadi bagian penting dalam proses belajar bagi mahasiswa khususnya bagi penulis pemula yang butuh lebih banyak pengetahuan baru tentang menulis .